Rabu, 10 November 2010

ANTARA INOVASI, IMPROVISASI DAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

ANTARA INOVASI, IMPROVISASI DAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
(oleh: arman andi amirullah )

Inovasi, Improvisasi dan Pembelajaran..adalah suatu kata yang tak asing di telinga kita.., kata-kata inovasi sering kali menghiasi media cetak, elektronik dan dunia perbukuan di Indonesia, begitupun kata improvisasi sangat akrab di telinga musisi ataupun aktor serta para sutradara...tapi apakah pernah disadari oleh para pendidik kita bahwa:
bagaimana jadinya apabila ketiga kata tersebut terjadi kolaborasi yang optimal serta dilandasi dengan kekuatan cinta dan kasih sayang...?
dan apa pula dampaknya bagi perkembangan kualitas bangsa ke depan ?.......
Mari kita coba untuk menelaah lebih dalam dari sebuah kata yang bernama Inovasi..., bukankah kata ini yang membuat bangsa Jepang maju terutama dunia otomotifnya karena dilakukannya inovasi secara terus menerus terhadap mobil-mobil Jepang? dan membuat dunia otomotif Amerika hampir gulung tikar ? Bukankah juga karena kata inovasi maka terjadi perkembangan teknologi di dunia ini secara cepat ?.
Lalu bagaimana dengan kata improvisasi...! bukankah kata ini yang membuat seorang pelawak atau seorang penyanyi bisa menjadi presenter yang banyak dicari oleh dunia televisi dengan bayaran yang sangat mahal karena improvisasinya yang bagus? Bukankah karena kata ini banyak penyanyi yang sukses karena kepintarannya melakukan improvisasi dalam membawakan sebuah lagu ? bukankah karena kata ini banyak lahir jenis-jenis musik yang baru dan menjadi ngetop ? sampai-sampai kegemaran browsing di internet secara On-Line bisa jadi lagu dan ngetop ! bahkan karena dia sering lupa syairnya-pun bisa jadi lagu yang terkenal.. ! belum lagi hanya gara-gara sulit mendapatkan jodoh pun bisa menjadi lagu ngetop karena ” Improvisasi ”.

Masihkah kita mau menganggap remeh kata-kata tersebut.
Lalu bagaimana pula nasib kata pembelajaran di sekolah ?
Duh...sungguh malang nasibnya kata tersebut...sejak puluhan tahun yang lalu tidak banyak membuat perubahan terhadap negeri ini...kata tersebut sering diolok-olok dengan persamaan kata: Kaku, monoton, membosankan, memberatkan, tidak kreatif, miskin, tertekan, menyeramkan, mati, beku, dingin, tidak bersemangat, tidak mempunyai ruh.....dan segala macam olok-olok yang diterimanya...
Apakah kata pembelajaran tersebut akan mengalami nasib seperti itu selamanya ?
Tidak..! karena kata inovasi dan improvisasi dapat melakukan sesuatu yang besar dengan melakukan kolaborasi yang cantik sehingga bisa menolong pembelajan di sekolah untuk keluar dari masalah yang dihadapinya....

Bagaimana caranya..?
Yaitu inovasi dan improvisasi akan bereaksi melakukan kerja sama yang baik dengan pembelajaran sehingga nasib pembelajaran akan sama dengan nasib mobil-mobil Jepang, karena akan senantiasa dilakukan inovasi secara intensif melalui perenungan yang mendalam, serta dengan mencontoh negara-negara yang sudah berhasil dalam hal inovasi.......
Setelah ditolong oleh kata inovasi, maka kata improvisasi turut serta ikut bergabung bersama inovasi dalam membuat pembelajaran di sekolah menjadi kreatif, inovatif, hidup, berkarakter, inspiratif, penuh cinta dan kasih sayang yang tulus serta menyenangkan.
Bagaimana agar para pendidik kita dapat menerapkan kolaborasi tersebut ?
Untuk bisa menerapkan teknik kolaborasi antara inovasi, improvisasi dan pembelajaran para pendidik kita perlu memahami peran dan fungsi otak kanan manusia, karena tugas tersebut adalah wilayah otak kanan....
Kemampuan untuk melakukan inovasi dan improvisasi dalam pembelajaran di sekolah sangat ditentukan oleh : apakah orang tersebut berfungsi dengan baik otak kanannya atau tidak.
Pertanyaan selanjutnya : Bagaimana mengaktifkan otak kanan kita ? bisa Anda baca pada artikel terdahulu berjudul ” Teknik Mengaktifkan Otak Kanan Secara Instant ”.

Bagaimana cara kerja inovasi dan improvisasi dalam pembelajaran ?
Hal ini bisa kita lihat bagaimana seorang guru bernama Ibu Muslimah melakukan inovasi dalam pembelajaran dengan mengajak anak didiknya bersepeda ke Manggar ( Ibu kota kabupaten di belitong ) walaupun harus mengayuh sepedanya sejauh empat puluh kilometer hanya untuk menjelaskan kepada anak didiknya tentang matematika limit dengan menyaksikan langsung bagaimana pesawat itu mendarat dengan kecepatan tertentu.......
Inovasi Ibu Muslimah juga dapat dilihat bagaimana Ibu Muslimah mengajak anak didiknya ke pantai untuk menyaksikan langsung peristiwa PELANGI di langit sehingga terjadi pembelajaran dengan alam, tidak sekedar teori...., beliau juga mengajak anak didiknya untuk mengamati alam sekitar dengan memberi penjelasan tentang kejadian-kejadian alam tersebut dan sekali-kali memberitahu nama latin dari tumbuhan/binatang tersebut.
Dalam melakukan improvisasi Bu Muslimah memberi kesempatan kepada anak didiknya yang mengalami keterbelakangan mental untuk bergabung dengan anak didiknya yang normal, Bahkan terkadang anak didiknya ikut membantu Bu Muslimah dalam berinteraksi dengan si Harun ( anak yang seharusnya bersekolah di SLB ).
Improvisasi selanjutnya dapat dilihat sewaktu Bu Muslimah memberi mandat sepenuhnya kepada anak muridnya yang bernama Mahar untuk menciptakan sendiri apa yang akan dipersembahkan pada acara pagelaran budaya di Kampungnya, dan ternyata si Mahar berhasil menciptakan tari setingkat keahlian seorang kareografer tari dengan gaya ala papua, yang kemudian dapat menjuarai lomba tersebut.
Improvisasi juga dilakukan oleh kepala sekolah laskar pelangi dengan memberi cerita yang menarik kepada calon anak didiknya pada pertemuan pertama bukan penjelasan teknis tentang peraturan yang berlaku di sekolah tersebut atau jadwal pemakaian baju seragam, atau berapa SPP yang harus dibayar oleh anak setiap bulan, sehingga mampu membuat anak didiknya terpesona dan menggelorakan semangatnya untuk berjuang demi meraih cita-cita walau dengan segala keterbatasan yang mereka miliki.
Ukuran kecerdasan bagi Bu Muslimah tidak tunggal, tapi beragam. Murid cerdas bukan hanya monopoli anak jago matematika, seperti Lintang. Sosok demikian hanya menunjukkan salah satu jenis kecerdasan : logical-mathematical intelligence.
Anak yang ulung mengarang dongeng, sekalipun kadang bualan, dan merdu melantunkan gurindam, semacam Mahar, juga berhak menyandang sebutan cerdas pada dimensi berbeda : linguistic dan musical intelligence.
Siswa yang lemot dalam berhitung, namun sok tahu, bermulut besar, banyak teori, selalu optimistis, dan punya jaringan luas seperti Kucai, yang karenanya terus-menerus jadi ketua kelas, tidak berhak dimaki, ” Bodoh!”. Ia memiliki sisi lain kecerdasan : interpersonal dan linguistic intelligence.
Begitulah improvisasi yang dilakukan oleh Bu Muslimah dalam merangsang setiap jenis kecerdasan itu berkembang secara alamiah. Sesuai kapasitas otak, bakat, emosi, dan mental anak. Bu Mus mengajar dengan pendekatan demikian itu hanya dengan mengandalkan naluri kepedulian dan cinta pada pendidikan anak.
Dapat kita bayangkan bagaimana dampaknya apabila para pendidik kita di indonesia memiliki kemampuan untuk melakukan kolaborasi yang cantik antara inovasi, improvisasi dan pembelajaran di sekolah dasar, maka bangsa ini dipastikan dapat menjadi bangsa yang besar, karena para pendidiknya mampu melahirkan orang-orang kreatif bahkan orang-orang besar yang akan membangun bangsa ini ke depan, tidak sekedar menjadi anak yang pintar dan menjadi juara olimpiade...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar