Rabu, 10 November 2010

PEMBUNUHAN KREATIVITAS ANAK

PEMBUNUHAN KREATIVITAS ANAK
Oleh : Arman A.Amirullah


Apa yang membedakan kita dengan negara –negara barat atau negara Asia lainnya seperti Jepang, Korea, China ?. Apakah karena mereka lebih pintar dari kita ? jika kita telusuri dari pengalaman mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri baik melalui program beasiswa ataupun dengan biaya sendiri kebanyakan dari mereka lulus dengan predikat cumlaude bahkan summa cumlaude bahkan sebagian teori mereka dipakai oleh negara-negara maju, baik yang belajar di Universitas ternama di negara maju maupun di Universitas yang tidak ternama hampir semuanya lulus dengan sangat memuaskan. Belum lagi banyak tenaga ahli kita yang dipekerjakan oleh negara-negara maju dengan prestasi yang cukup diperhitungkan oleh mereka, baik di sektor pendidikan, industri berat, industri pesawat terbang, piranti lunak, dosen, peneliti, sampai perawat dan koki masakan di hotel berbintang. Ini artinya bahwa dari segi kecerdasan dan kepintaran kita tidak kalah dengan negara-negara barat atau negara Asia lainnya.
Kalau demikian mengapa kita ketinggalan jauh dengan negara-negara barat bahkan dengan negara-negara Asean seperti Singapore, Malaysia, Thailand, Philipina. Ini sungguh menarik untuk kita dalami mengapa bisa terjadi demikian.
Setelah banyak akademisi maupun praktisi melakukan penelitian mengenai hal tersebut, telah disepakati bahwa maju mundurnya suatu negara tidak ditentukan oleh umur suatu bangsa, bukan juga ketersediaan sumber daya alam yang melimpah, luasnya wilayah suatu negara, besarnya jumlah penduduknya bahkan bukan pula soal kecerdasan atau kepintaran.
Hal ini kita bisa buktikan bahwa ada negara yang sudah berumur ribuan tahun tapi sampai saat ini negara tersebut belum tergolong negara maju, sebaliknya ada negara yang baru berumur 100 – 200 tahun tapi negara tersebut sudah tergolong negara maju bahkan tergolong negara raksasa ekonomi dunia, walaupun negara tersebut pernah hancur luluh lantah oleh bom atom.
Begitupula ada negara yang sangat kaya dengan sumber daya alam yang melimpah ruah ( sampai-sampai ada yang mengatakan pensil saja bisa tumbuh kalau ditanam ) akan tetapi negara tersebut belum tergolong negara maju bahkan mengarah kepada keterpurukan dan kemiskinan, ada juga negara yang begitu sempit wilayahnya hanya seluas pulau batam akan tetapi telah tergolong negara maju walaupun tidak mempunyai sama sekali sumber daya alam, semua bahan baku bergantung kepada negara lain ( sampai-sampai pasir pun mereka harus impor dari negara kita ), pelabuhannya tergolong tersibuk di dunia karena setiap 3 menit ada kapal yang lalu lalang untuk bongkar muat. Ada juga negara yang hanya mempunyai wilayah daratan 11% yang bisa ditanami karena wilayahnya terbatas, negara tersebut bukan negara penghasil cokelat tetapi pembuat cokelat terkenal di dunia, sehingga siapapun yang melancong ke negara tersebut tidak sah manakala tidak membawa oleh-oleh cokelat, juga mempunyai perusahaan makanan terbesar di dunia yang terkenal melalui produk susu, makanan bayi, makanan balita, dll yang populer di telinga kita nesstle, disamping mempunyai perusahaan makanan terbesar di dunia, juga menjadi pilihan para milliyuner di seluruh dunia untuk menyimpan kekayaannya di bank-bank yang ada di negara tersebut, belum lagi produk jam tangannya yang banyak dikenal oleh kaum borjuis.
Berdasarkan semua kenyataan tersebut dapat kita mengambil pelajaran bahwa; kecerdasan atau kepintaran semata tidak mampu membawa suatu negara menuju kemakmuran. Lantas apa yang membuat suatu negara bisa menggapai kemajuan dan kemakmuran ?
Belajar dari fakta yang telah diuraikan di atas serta hasil penelitian para akademisi dan praktisi dapat kita simpulkan bahwa penyebab utama majunya suatu negara ternyata adalah Penerapan Prinsip-Prinsip Dasar Kehidupan & Kreativitas Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Apa saja prinsip-prinsip dasar kehidupan yang diterapkan pada negara-negara maju ? yaitu : Etika dalam kehidupan sehari-hari, Kejujuran dan integritas, bertanggung jawab, patuh kepada norma & hukum yang berlaku, menghargai hak orang lain, bekerja keras, disiplin, tepat waktu, gemar menabung dan investasi, cinta kepada pekerjaan, cinta kebersihan serta tidak saling menyalahkan. Hal inilah yang sangat lemah dalam penerapan kehidupan sehari-hari di negara kita.
Disamping prinsip-prinsip dasar kehidupan yang dipatuhi oleh masyarakat negara maju juga ditopang oleh Kreativitas yang dimiliki oleh masyarakatnya .
Karena forum ini dibatasi oleh ruang maka penulis akan mencoba untuk lebih fokus kepada masalah kreativitas tanpa mengesampingkan pentingnya Etika dan moral suatu bangsa dalam menuju kategori negara maju .
Mengapa penulis memilih untuk membahas masalah ”kreatif” bangsa kita, karena penulis beranggapan bahwa negara kita mempunyai budaya luhur sebagai orang timur serta kentalnya suasana agamis dalam kehidupan masayarakat di Indonesia, sehingga penulis beranggapan masalah etika & moral tidak begitu sulit untuk diciptakan dalam tatanan kultur budaya timur, walaupun dalam kenyataan saat ini sangat bertolak belakang dengan fakta yang ada.
Akan tetapi masalah ”kreatif” bangsa Indonesia tidak mempunyai pijakan dukungan cultural. Sejak dulu jaman penulis duduk dibangku sekolah sistim pendidikan kita tidak mewariskan budaya ”kreatif”, akan tetapi lebih mewariskan budaya penguatan memory ( daya ingat ) bukan penguatan daya nalar apalagi daya ”kreatif” sangat jauh dari impian. Penulis membayangkan seandainya dulu sistim pendidikan kita mewariskan budaya ”kreatif” maka mungkin kemampuan daya ”kreatif” penulis saat ini akan jauh lebih baik dari yang dimiliki saat ini, sehingga bukan hanya kemampuan menulis yang bisa dimiliki tetapi mungkin kemampuan membaca peluang bisnis bisa tercium oleh penulis.
Contoh kecil dari perbandingan ”kreatif” orang barat dengan orang Indonesia secara simpel dapat kita lihat dari program TV yang butuh ide kreatif seperti acara ”spontan” di Indonesia, coba bandingkan dengan acara sejenis yang dibuat oleh televisi negara barat maka kita akan menikmatinya dengan tertawa sendiri menonton acara tersebut, sebaliknya acara yang sejenis yang dibuat oleh televisi kita tidak begitu kreatif sehingga terkadang kita tidak tertawa karena tidak lucu atau malah kasihan dengan orang yang menjadi obyek acara tersebut. Contoh lain dari pentingnya ide-ide kreatif dapat kita temui pada kasus stasiun TV yang berubah nama karena berubah Manajemen. Pada waktu TV tersebut masih dikelola oleh manajemen yang lama, kelihatan TV tersebut tidak bisa bersaing dengan stasiun TV lain yang tergolong baru malah terkesan akan gulung tikar, akan tetapi setelah TV tersebut diambil alih oleh manajemen yang baru dengan sentuhan orang-orang ”kreatif” maka TV tersebut mampu kembali bersinar dan dapat menggaet banyak pemirsa dan naik peringkat. Masih banyak contoh lain yang memperlihatkan adanya perbaikan suatu perusahaan setelah diambil alih oleh seorang Direktur yang kreatif. Bagaimana seandainya negara ini dipimpin oleh seorang Pemimpin yang ”Kreatif”. Anda bisa menebak apa yang akan terjadi dengan bangsa ini kedepan.
Dan bagaimana seandainya negara ini berhasil mencetak generasi kreatif ? tentunya anak cucu kita bisa menikmati hasilnya dimasa mendatang. Apakah kita masih tidak mau percaya dengan kekuatan generasi kreatif ?.

BAGAIMANA MENCIPTAKAN GENERASI ”KREATIF” ?
Tentunya kita tidak munafik bahwa untuk urusan ini kita harus belajar dari negara lain yang sudah sukses mencetak generasi ”kreatif” seperti : Jepang, Korea, China, Singapore, Jerman dll.
Belajar dari negeri sakura terkenal dengan masyarakatnya yang kreatif, mampu mencetak generasi penerusnya menjadi generasi yang kreatif sehingga kita bisa melihat bagaimana Jepang bisa mencipta dan merekayasa mobil-mobil yang merajai pasar Asia bahkan merambat ke Amerika dan Eropa, belum lagi hasil kreatif dan inovasinya dalam pembuatan robot berteknologi canggih, berbagai barang elektronik dengan merek yang sudah akrab ditelinga konsumennya di seluruh dunia seperti: Sony, Panasonic, Toshiba, Sharp, Toyota, Zusuki, Yamaha, Honda, Daihatsu, Mitsubishi, Fuji, belum lagi sederet makanan asal Jepang yang menjamur di negeri kita.
Tentunya kita akan bertanya bagaimana Jepang menciptakan ”generasi kreatif” ?
Mereka menyiapkan semua itu melalui pendidikan sejak usia dini, dari mulai Taman Kanak-kanak sudah di rangsang daya kreativitas anak dengan berbagai cara, dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa diusia inilah masa perkembangan otak yang sangat cepat, semua instrumen pembelajaran dikaitkan dengan perkembangan otak anak terutama perkembangan otak kanan. Selepas Taman Kanak-kanak penggalian kreativitas anak tidak berhenti sampai disitu malah lebih dikembangkan ditingkat Sekolah Dasar dengan beberapa mata pelajaran pendukung seperti: Crafts, Art, Music, Home Economics ( to learn simple cooking and sewing skills ) begitu besar perhatian pemerintah dengan kreativitas maka mata pelajaran Art/seni dan Music/musik dipisahkan, di tingkat grade 6 untuk mata pelajaran Art dan music masing-masing 4 jam seminggu sedangkan Home Economics 2 jam seminggu. Ditingkat kelas rendah mata pelajaran yang mendukung kreativitas lebih banyak porsinya dibanding kelas tinggi. Ada kecenderungan mata pelajaran yang mengarah kepada pengembangan kreativitas anak lebih diistimewakan kedudukannya dibanding dengan mata pelajaran populer seperti matematika, IPA, Biologi, Bahasa, dan IPS. Karena mereka sadar betul kalau kemampuan daya kreativitas itulah yang akan mengantarkan negaranya menjadi negara maju, dan itu sudah mereka nikmati saat ini.
Bagaimana dengan Indonesia dalam menciptakan generasi kreatif ?
Pertama, mata pelajaran yang mendukung ke arah tersebut hanya ada satu mata pelajaran yaitu : mata pelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian ( KTK ) yang porsinya hanya 2 jam seminggu.
Kedua, kesadaran pendidik kita tentang pentingnya kreativitas dalam mencetak generasi ”kreatif” sangat rendah.
Ketiga, perhatian pemerintah menggali kemampuan kreativitas anak khususnya ditingkat Sekolah Dasar sangat kurang yaitu hanya 2 jam seminggu dengan hanya satu mata pelajaran yaitu KTK.
Berdasarkan fakta tersebut maka secara tidak sadar kita telah membunuh kemampuan kreatif anak di bangku Sekolah Dasar, termasuk di bangku Sekolah Menegah Pertama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar